GfC8TSAlTSGoTUAoTfz7GpA9TA==

Batik Unik Batoga: Perpaduan Motif Herbal dan Semangat Pelestarian Budaya

Kota Batu, malangterkini.id - Mendengar kata "Batoga", mungkin banyak orang yang bertanya-tanya apa arti di baliknya. Di balik nama yang unik ini, terdapat sebuah karya seni batik yang istimewa, yaitu Batik Tanaman Obat Keluarga (Batoga).

Sesuai dengan namanya, Batik Batoga ini menampilkan motif-motif tanaman herbal yang beragam, seperti kunyit, jahe, dan kunir. Motif unik ini merupakan hasil kreasi Dwi Harining Setyowati, seorang pengrajin batik asal Kota Batu yang penuh dengan inspirasi.

Ide Batoga ini muncul secara spontan ketika Dwi melihat wawancara Presiden Joko Widodo yang sering menyebutkan kebiasaan minum jamu di pagi hari. "Terinspirasi dari Pak Jokowi saat diwawancara sering bilang kalau pagi minum jamu. Waktu itu jamu yang saya ingat kunyit dan temulawak," ujar Dwi.

Dari situlah, Dwi mulai menuangkan idenya ke dalam kain batik. Ia tak hanya menggunakan motif tanaman herbal, tetapi juga memanfaatkan pewarna alami dari bahan-bahan tersebut. "Pewarnaan itu kita ambil, misal warna kuning dari kunyit atau bahan lain, kalau merah itu dari kayu secang dan bahan lain. Macem-macem lah bahan bisa kita mix," terang Dwi.

Keberuntungan Dwi berlanjut dengan kekayaan alam Kota Batu yang melimpah. "Apalagi di Kota Batu ini kaya akan daun jadi tidak sulit cari bahanya. Kayak pandanwangi gitu kalau direbus jadi ijo, daun ketapang yang banyak di jalan itu juga bisa," sambungnya.

Meskipun pemasaran Batoga masih dilakukan melalui pameran dan mulut ke mulut, Dwi bersyukur atas sambutan hangat yang diterimanya. "Pesanan alhamdulillah banyak dari daerah sendiri maupun luar daerah. Pesanan sejauh ini ada dari perorangan juga ada dari kantor untuk seragam gitu biasanya," ungkap Dwi.

Keunikan motif dan layanan pesan sesuai keinginan pelanggan menjadi daya tarik utama Batoga. Dwi, yang mengaku tidak memiliki latar belakang desainer, mampu menuangkan ide pelanggan ke dalam kain batik dengan indah. "Syukurnya itu saya bisa melihat gambar desain dan mengaplikasikannya ke batik gitu. Alhamdulillah sejauh ini tidak ada yang komplain hasil batiknya," kata dia.

Ciri khas Batoga juga terlihat dari motif batu dan apel yang melambangkan asal batik ini, yaitu Kota Batu. Harga batik Batoga pun beragam, mulai dari Rp 100 ribu hingga jutaan rupiah, tergantung tingkat kesulitan dan bahan dasar yang digunakan.

"Saya pernah buat paling murah itu Rp 100 ribu, terus buat Rp 2,5 juta pernah bahkan paling mahal itu Rp 5 juta. Batik Rp 5 juta ini proses pembuatannya cukup lama karena pewarnaanya dilakukan berulang," tuturnya.

Dalam proses pembuatan Batoga, Dwi dibantu oleh ibu-ibu komunitas bank sampah dan petugas kebersihan DLH Kota Batu. Kegiatan ini dilakukan di beberapa tempat, yaitu TPS Stadion Brantas, Beji, dan Giripurno.

Lebih dari sekadar karya seni, Batoga merupakan wujud kecintaan Dwi terhadap budaya lokal dan usahanya untuk melestarikan kekayaan alam Kota Batu. Batik Batoga tidak hanya indah, tetapi juga membawa pesan tentang pentingnya menjaga kesehatan dan kelestarian alam.

Advertisement
pasang iklan media online nasional pewarta network
Advertisement
pasang iklan media online nasional pewarta network
Advertisement
pasang iklan media online nasional pewarta network

Ketik kata kunci lalu Enter

close
pasang iklan media online nasional pewarta network