Malang, malangterkini.id - Lapangan Jambangan di Kecamatan Blimbing, Kota Malang, dipenuhi antusiasme ratusan orang kemarin (13/7). Mereka bukan hanya berolahraga pagi, tapi juga menyaksikan kemeriahan Lomba Panahan Tradisional tingkat kota.
Meskipun tergolong olahraga yang terbilang awam, lomba ini menarik minat banyak peserta. Tercatat 70 orang dari berbagai usia dan latar belakang mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (Kormi) Kota Malang dan Federasi Seni Panahan Tradisional Indonesia (Fespati).
Para peserta dibagi menjadi lima kelas, yaitu U-12 campur, U-18 putri, U-18 putra, umum putri, dan umum putra. Mereka beradu ketepatan dan insting dalam memanah target yang berjarak 50 meter.
Menurut Zulfiekar Rif An Arief, Technical Delegate (TD) pertandingan, target memiliki dua lingkaran dengan nilai berbeda. "Lingkaran di sisi luar poinnya satu, sementara lingkaran di bagian dalam poinnya dua," jelasnya.
Pemenang ditentukan berdasarkan peringkat satu sampai tiga di masing-masing kelas. Menariknya, dalam lomba panahan tradisional ini, para peserta diperkenankan memakai pakaian tradisional dari negara mana pun. Tak heran, beberapa peserta terlihat mengenakan pakaian adat dari Turki, menambah semarak suasana lomba.
Zulfiekar mengaku terkejut dengan tingginya animo peserta. "Awalnya kami tidak menyangka akan sebanyak ini. Soalnya, klub panah tradisional di Kota Malang masih belum banyak, tak sampai 10 klub," ungkapnya.
Dia pun meyakini bahwa antusiasme ini menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap panahan tradisional. "Panahan tradisional memang memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan panah modern. Panah modern memiliki titik bidik, sedangkan panah tradisional tidak. Sehingga, insting pemanah lebih teruji," jelasnya.
Bahkan, Zulfiekar mendengar bahwa beberapa peserta sebelumnya menggeluti panahan modern, namun kemudian beralih ke panahan tradisional karena dirasa lebih menantang.
Salah satu peserta, Endriyanto, 43 tahun, menuturkan bahwa fokus menjadi kunci utama dalam panahan tradisional. "Kalau grogi pasti memengaruhi hasil," katanya.
Apalagi, mengingat lokasi lomba yang berada di luar ruangan, Endriyanto harus pandai menyesuaikan kekuatan tarikan agar anak panahnya tidak terpengaruh angin. Berkat fokus dan ketekunannya, Endriyanto berhasil melaju hingga babak delapan besar.
Semangat Endriyanto tak hanya berhenti di dirinya sendiri. Dia juga mengajak anak dan istrinya untuk mulai menggeluti panahan tradisional.
Lomba panahan tradisional ini menjadi bukti bahwa olahraga tradisional masih memiliki daya tarik tersendiri di tengah gempuran modernitas. Selain melestarikan budaya, panahan tradisional juga dapat menjadi sarana untuk melatih fokus, kesabaran, dan insting para pemanah.