Malang, malangterkini.id - Peristiwa longsor yang menimpa sebuah toko yang sedang dibangun di Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, pada 18 Desember 2024 menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan terhadap bencana alam. Kejadian ini tidak hanya menimbulkan kerugian materiil bagi pemilik toko, tetapi juga mengungkap sejumlah persoalan terkait tata ruang, mitigasi bencana, dan kesiapsiagaan masyarakat.
Analisis Penyebab Longsor
Beberapa faktor berkontribusi terhadap terjadinya longsor ini, di antaranya:
- Tanah urukan yang belum padat: Kondisi tanah urukan yang belum cukup padat menjadi faktor utama penyebab longsor. Tanah urukan yang belum kompak cenderung mudah runtuh saat terkena beban atau tergerus air.
- Curah hujan tinggi: Curah hujan yang tinggi menyebabkan debit air di saluran irigasi meningkat. Air yang menggenang di sekitar bangunan dan meresap ke dalam tanah membuat tanah menjadi jenuh dan mudah longsor.
- Letak bangunan yang berdekatan dengan saluran irigasi: Posisi bangunan yang terlalu dekat dengan saluran irigasi membuat bangunan rentan terhadap erosi dan longsor.
- Kondisi geologis: Kondisi geologis di sekitar lokasi kejadian juga perlu diperhatikan. Adanya lapisan tanah yang tidak stabil atau adanya retakan pada tanah dapat meningkatkan potensi terjadinya longsor.
Dampak Longsor terhadap Lingkungan
Selain merusak bangunan, longsor juga berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar, seperti:
- Pencemaran air: Material longsor yang masuk ke dalam saluran irigasi dapat mencemari air dan mengganggu ekosistem perairan.
- Kerusakan lahan: Longsor dapat menyebabkan kerusakan lahan pertanian dan mengurangi produktivitas tanah.
- Perubahan tata air: Perubahan tata air akibat longsor dapat memicu terjadinya banjir atau erosi di daerah sekitarnya.
Upaya Mitigasi Bencana
Untuk mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang, perlu dilakukan upaya mitigasi bencana yang komprehensif, antara lain:
- Perencanaan tata ruang yang baik: Pemerintah daerah perlu membuat rencana tata ruang yang memperhatikan faktor-faktor risiko bencana, seperti kemiringan lereng, jenis tanah, dan jarak bangunan terhadap sungai atau saluran air.
- Penguatan pengawasan terhadap pembangunan: Pemerintah perlu memperketat pengawasan terhadap pembangunan, terutama bangunan yang berada di daerah rawan bencana. Pemilik bangunan harus memastikan bahwa bangunan yang dibangun memenuhi standar keselamatan dan tidak membahayakan lingkungan.
- Peningkatan kesadaran masyarakat: Masyarakat perlu dibekali pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya longsor dan cara-cara untuk mengurangi risiko. Selain itu, masyarakat juga perlu dilibatkan dalam upaya mitigasi bencana, seperti pembuatan peta kerawanan longsor dan pembentukan kelompok siaga bencana.
- Peningkatan infrastruktur: Pemerintah perlu memperbaiki infrastruktur yang ada, seperti saluran drainase dan dinding penahan tanah, untuk mengurangi risiko bencana.
Peran Pemerintah dalam Penanganan Bencana
Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam penanganan bencana. Selain memberikan bantuan material kepada korban, pemerintah juga perlu:
- Melakukan asesmen kerusakan: Pemerintah perlu melakukan asesmen terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh bencana untuk menentukan jenis dan jumlah bantuan yang dibutuhkan.
- Memberikan bantuan jangka panjang: Selain bantuan material, pemerintah juga perlu memberikan bantuan jangka panjang kepada korban, seperti bantuan untuk membangun kembali rumah atau usaha yang rusak.
- Membuat program rehabilitasi dan rekonstruksi: Pemerintah perlu membuat program rehabilitasi dan rekonstruksi untuk memulihkan daerah yang terkena bencana.
Peristiwa longsor di Giripurno menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Bencana alam tidak dapat dihindari, namun kita dapat mengurangi dampaknya dengan melakukan upaya mitigasi yang tepat. Kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait sangat diperlukan untuk membangun daerah yang tangguh terhadap bencana.